Prinsip perkembangan psikologis
Tujuan Vygotsky
adalah menciptakan psikologi secara teoritis dan metodologis sederajat dengan
meneliti karakteristik manusia yang unik. Ada tiga bidang yang membentuk
landasan analisi Vygotsky terhadap perkembangan kapabilitas mental manusia,
yaitu:
- Hakikat kecerdasan manusia
- Dua deret baris perkembangan psikologis yang berbeda, biologis dan cultural histori
- Desain mode eksperimental untuk menginvestigasi proses psikologis yang dinamis.
Dari ketiga
landasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa Vygotsky menyatakan bahwa
psikologi harus mempelajari manusia dan bukan hewan, manusia adalah makhluk
yang berasional dan secara bertahap mampu menguasai pemikirannya sendiri, dapat
terjadi perubahan kognirif dalam diri manusia, dan symbol kultur seseorang
dapat berfungsi sebagai instrument pemikiran yang penting bagi perkembangan
proses kognitif yang lebih tinggi.
Prinsip Pembelajaran
Vygotsky berasumsi
bahwa baik itu kultur individual maupun hubungan pendidikan dengan perkembangan
berperan penting dalam perkembangan kognitif.
Kultur tidak
hanya member latar untuk perkembangan kognitif individual. Kultur memberi symbol-symbol
cultural (perangkat psikologis) dan anak
belajar berpikir dengan bentuk penalaran ini. Vygotsky dan Luria meneliti
pendapat mereka tentang perbedaan historis-kultural di awal 1930-an di wilayah
Uni Soviet secara terpisah. Studi ini menyimpulkan bahwa membandingkan objek
berdasarkan atribut logis dan mengeneralisasikannya ke dalam kategori logis
yang sudah dikenal baik bukanlah sebuah operasi yang universal.
Vygotsky mendeskripsikan
dua caara pembelajaran mempengaruhi perkembangan, yaitu: pertama, berlajar yang baik akan mendahului
dan memandu perkembangan, tugas kognitif yang dapat diselesaikan anak dengan
guru pada hari ini, akan dapat diselesaikan sendiri esok harinya. Dengan kata
lain, baik itu pembelajaran maupun imitasi berperan penting dalam perkembangan
anak. Kedua, pelajaran akademik merupakan hal penting untuk perkembangan
kognitif anak. Yakni, “pemikiran abstrak berkembang di semua pelajaran [yang
dipelajari pemelajar]”. Pelajaran seperti membaca dan matematika memuat
aktivitas yang membutuhkan kesadaran diri dan control sadar.
Aplikasi Pendidikan
Teori ini
membuktikan latar sosiokultural dimana anak belajar dari orang dewasa (“bentuk
ideal” dari perilaku kognitif) sebagai asal muasal perkembangan kognitif dan
belajar. Karena itu, karakteristik pemelajar, proses kognitif, dan konteks
untuk belajar semuanya dilihat dari perspektif tersebut.
- Karakteristik pemelajar: adanya perbedaan individual dalam kesiapan dan motivasi untuk melakukan pembelajaran.
- Proses kognitif dan pembelajaran: transfer belajar, pengembangan ketrampilan “bagaimana belajar” dan mengajarkan pemecahan masalah, dibahas dalam teori ini dalam term interaksi sosial antara pemelajar dan orang dewasa, “bentuk ideal” perilaku.
- Konteks sosial untuk belajar: dua aspek dari latar belakang sosial menentukan sifat dan tingkatan perkembangan kognitif anak. Yang pertama adalah perkembangan historis yang diwarisi oleh anak sebagai anggota dari kultur tertentu. Yakni, kulturnya mungkin mengandalkan system symbol yang kompleks, seperti aljabar, kalkulis dan probabilitas atau system perhitungan primitive seperti di Papua New Guinea. Yang kedua, sifat dari interaksi sosial anak dengan anggota masyarakat yang berpengetahuan. Hanya melalui interaksi inilah anak memperoleh makna dan cara untuk menggunakan symbol dalam memfasilitasi pemikiran.