20.4.14

Laporan Observasi SMKN 8 Medan

Anggota Kelompok:
  1. Suryany
  2. Sarah
  3. Risya
  4. Abdul Halim
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    PROFIL SEKOLAH
Nama                          : SMK Negeri 8
Alamat                        : Jl. Dr. Mansyur / Jl. SMTK – Medan 20131
Provinsi                       : Sumatera Utara
Telepon                       : 061-8212432
Website                       : www.smkn8medan.sch.id
Kepala Sekolah           : Drs. H. Ali Hasmi Nasution, MM
Status sekolah             : Negeri

B.     VISI DAN MISI
Visi
Mewujudkan SMK Negeri 8 Medan Sebagai lembaga diklat yang unggul dalam menghasilkan tamatan di bidang keahlian Tata Boga, Tata Busana, Tata Kecantikan dan Akomodasi Perhotelan berstandar Internasional dan mampu bersaing di pasar global.

Misi
            Adapun misi SMK Negri 8 Medan adalah sebagai berikut:
1.     Menyiapkan SDM yang terampil, kreatif, bertanggung jawab dan berwawasan luas sesuai bidang keahliannya dan berorientasi mutu disegala kegiatannya.
2.     Mengembangkan iklim belajar dan bekerja yang kondusif, kompotitif, dengan pemberdayaan potensi sekolah : guru, siswa dan masyarakat yang dilandasi oleh keimanan, kejujuran dan kedisiplinan.

C.    SEJARAH SINGKAT SEKOLAH
Sekolah Menengah Teknologi Kerumahtanggaan Medan berdiri tahun 1976 dengan SK Mendikbud Nomor 210105475 tanggal 12 Desember 1975. Pada masa itu SMTK masih menempati gedung SMKK di jalan Hang Tuah (sekarang SMK Negeri 10 Medan). Pada awal berdirinya SMTK dibawah kepemimpinan Ibu Saulan Siahaan, masa pendidikan berlangsung selama 4 (empat) tahun dan berakhir pada tahun 1988.
Pada tahun 1982 SMTK menempati gedung baru di jalan Dr. Mansyur, Medan Selayang. Perubahan nama dari SMTK ke SMK Negeri 8 Medan berdasarkan Keputusan Menteri, terjadi pada masa kepemimpinan Ibu Dra. Rismapitta Saragih sampai dengan sekarang. SMK Negeri 8 Medan sebelum merupakan kelompok SMK Seni, Kerajinan dan Pariwisata bernama SMK (Kelompok Pariwisata) Negeri 8 Medan, yang sekarang dipimpin oleh Drs. H. Ali Hasmi Nasution, MM.

D.    HASIL OBSERVASI
Profil Kelas
Hari, tanggal observasi            : Jumat, 4 April 2014
Kelas                                       : X Boga 4
Mata pelajaran                         : Boga Dasar
Nama guru                              : Dra. Belohmabasa Sebayang
                                                             Juniar Lidya V. N. Sitorus, SPd 
            Jumlah siswa                           : 36 orang (absen 3 orang)
            Waktu observasi                      : pukul 08.00 – 08.50 WIB (50 menit)
            Metode pembelajaran              : presentasi guru dan tanya jawab
            Media yang digunakan guru      : laptop dan proyektor
            Media yang digunakan siswa    : buku tulis dan alat tulis
            Posisi observer dalam kelas      : di sudut kanan belakang kelas

1.      OBSERVASI PROSES BELAJAR KELAS (DINAMIKA PEMBELAJARAN)
Ada dua orang guru yang mengajar di dalam kelas X Boga 4 (guru tetap dan guru honorer) yang duduk di depan kelas. Salah satu guru hanya duduk dan mengamati kelas sedangkan guru lainnya mempersiapkan slide dan proyektor. Kelas diawali dengan guru mengabsen para siswa terlebih dahulu. Sebelum menyampaikan isi materi, guru bertanya kepada siswa apa yang akan dipelajari pada hari itu. Siswa dapat menjawab pertanyaan guru dan mereka sudah membaca bahan sebelum masuk ke kelas. Setelah itu guru menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran dari materi yang akan disampaikan (tentang ayam kodok) dan menjelaskan bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan serta langkah-langkah pembuatan ayam kodok. Pada awal jam pelajaran, para siswa duduk diam di bangku masing-masing dalam mengikuti penjelasan guru. Mereka mencatat apa yang diterangkan oleh guru dalam buku tulis masing-masing. Siswa juga sesekali bertanya mengenai hal yang kurang mereka mengerti terutama siswa-siswa perempuan. Beberapa kali siswa memperbaiki guru dalam pengucapan kata-kata yang salah.
Kebanyakan guru hanya berdiri saja di depan kelas, tapi sesekali guru juga berjalan ke belakang kelas. Di tengah proses belajar, siswa-siswa sudah mulai ribut dan ada beberapa siswa yang mengobrol dengan teman-temannya yang kemudian ditegur oleh guru agar tetap fokus mendengarkan materi yang disampaikan. Ada juga siswa yang keluar tanpa permisi dengan guru yang sedang berada di dalam kelas. Setelah menyampaikan materi pelajaran, guru menguji siswa-siswa untuk menjelaskan kembali apa yang telah diterangkan oleh guru di depan kelas. Ada tiga orang murid perempuan yang maju untuk menjelaskan materi yang sudah disampaikan guru sebelumnya dan setelah menjelaskan dengan benar, siswa diberi tepuk tangan serta pujian dari guru. Untuk siswa-siswa yang tidak maju, mereka diinstruksikan untuk maju satu per satu di depan meja guru untuk menjelaskan materi. Hal ini dilakukan guru agar saat kelas praktek tiba, yaitu minggu depan dimana siswa akan langsung memasak ayam kodok satu per satu, siswa diharapkan sudah menghafal cara pembuatan ayam kodok di luar kepala tanpa harus melihat ke buku catatan lagi. Di akhir kelas guru tetap mengingatkan agar siswa menghafal luar kepala materi di rumah terlebih dahulu sebelum masuk ke kelas praktek.

2.      OBSERVASI SETTING KELAS
            Ruangan berukuran sekitar 15 meter X 8 meter. Dinding ruangan diberi kombinasi dimana dari tengah dinding ke atas diberi cat warna kuning muda dan dari tengah dinding ke bawah terpasang keramik putih polos. Lantai ruangan dilapisi dengan keramik putih. Di langit-langit ruangan terdapat sepuluh lampu neon, lima di bagian kanan dan lima di bagian kiri. Terdapat tiga pintu di ruangan, satu di sudut kanan depan ruangan, satu di tengah depan ruangan dan satu di sudut kanan belakang ruangan. Pintu-pintu tersebut bewarna coklat kemerahan. Pada dinding sebelah kiri ruangan terdapat jendela yang berjejer mulai dari depan hingga ke belakang. Jendela-jendela tersebut dibuka dan tampak ada taman dan pepohonan di luar ruangan.
            Di depan ruangan sebelah kiri terdapat meja guru yang diatasnya terdapat sebuah laptop dan infocus yang tersambung ke sebuah terminal listrik yang berada di bawah meja guru. Pada dinding bagian depan ruangan sebelah kiri tergantung sebuah whiteboard dan di atas whiteboard tergantung sebuah jam dinding. Pada dinding bagian depan ruangan sebelah kanan tergantung denah kelas yang telah dibingkai, di sebelah kanannya ada sebuah papan mading dan disebelah kanan mading terdapat sebuah lemari serta sebuah lemari pendingin.
            Di samping kiri dan kanan ruangan terdapat wastafel dan kran air dengan jumlah 6 buah di samping kiri dan 6 buah di samping kanan ruangan. Terdapat  colokan listrik masing-masing berada di saming kran air. Pada dinding atas bagian kanan ruangan tergantung tiga buah poster bergambar makanan dan terdapat dua puluh ventilasi udara di bagian atas dinding sebelah kanan ruangan. Di sudut kiri belakang kelas terdapat sebuah oven yang terbuat dari besi dan sebuah penggilingan besar. Di sudut kanan belakang kelas terdapat sebuah lemari dan beberapa bangku kosong.
            Posisi duduk siswa terbagi dua, yaitu di sebelah kanan dan kiri ruangan sehingga membentuk jalur kosong di tengah ruangan yang dimanfaatkan guru untuk berjalan ke bagian belakang kelas. Terdapat sepuluh buah meja dengan bahan stainless yang berukuran sekitar 2 meter X 0,5 meter dan terdapat kompor pada bagian bawah masing-masing meja yang terhubung dengan selang gas yang tertanam di lantai keramik di bawah meja.

3.      OBSERVASI LOKASI SEKOLAH (JUMLAH KELAS, LAB, HALAMAN, DLL)
Adapun fasilitas dalam SMKN 8 Medan:
No.
Nama Ruang
Jumlah
1.
Ruang Kepala Sekolah
1 ruang
2.
Ruang Tata Usaha
1 ruang
3.
Ruang Wakil Kepala Sekolah
3 ruang
4.
Ruang BP
1 ruang
5.
Ruang Guru
5 ruang
6.
Ruang belajar teori                                
14 ruang
7.
Ruang praktek front office dan House Keeping (hotel)
1 ruang
8.
Ruang praktek Boga/Restoran
4 ruang
9.
Ruang praktek Busana
6 ruang
10.
Ruang praktek Tata Kecantikan
3 ruang
11.
Laboratorium B. Inggris
1 ruang
12.
Laboratorium Komputer
1 ruang
13.
Laboratorium Management Hotel Sistem
1 ruang
14.
Self Acces Study (SAS)
1 ruang
15.
Perpustakaan
1 ruang
16.
Ruang serba guna (aula)
1 ruang
17.
Restoran
1 ruang
18.
Kantin
1 ruang
19.
Lapangan olahraga
1
20.
Mushola
1 ruang
21.
Sanggar Kecantikan
1 ruang



22.
Sanggar Busana
1 ruang



23.
UKS
1 ruang

Unit Kegiatan Siswa/ Ekstrakurikuler:
1.      Pramuka
2.      PMR
3.      Paskibra
4.      Seni Tari
5.      Modelling
6.      Musikalisasi Puisi
7.      Teater




BAB II
TEORI

A.    OPERANT CONDITIONING
Salah satu jenis pendekatan yang dapat diterapkan dalam proses belajar adalah pendekatan behavioral. Behaviorisme adalah suatu pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diobservasi. Salah satu jenis pendekatan ini adalah pengkondisian operan (operant conditioning), yaitu suatu bentuk pembelajaran dimana konsekuensi terhadap perilaku yang muncul menjadi pengaruh terhadap probabilitas perilaku itu akan diulang. Pengkondisian ini menekankan pada pembelajaran asosiatif, yaitu menghubungkan antara stimulus berupa konsekuensi dengan respon berupa perilaku yang akan muncul. Para ahli yang berperan dalam pengembangan proses ini adalah E.L.Thorndike, dan B.F.Skinner.
                                            i.            E.L.Thorndike
Thorndike mengembangkan sebuah teori yang disebut hukum efek (law effect). Hukum efek adalah suatu prinsip bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan perilaku yang diikuti hasil negative akan diperlemah.
                                          ii.            B.F.Skinner
Skinner menyatakan bahwa konsekuensi perilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan terjadi.

1.      Reinforcement (penguatan)
Penguatan adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Penguatan dibagi menjadi 2 jenis yaitu penguatan positif, dan penguatan negative.
Penguatan Positif
Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Faktor yang mempengaruhi keefektifan dari pemberian penguatan positif adalah :
a.       Waktu
Penguatan positif harus diberikan dengan ukuran waktu yang tepat. Penguatan harus diberikan setelah respon muncul, tapi tidak berjauhan dengan waktu dari respon tersebut muncul.
b.      Konsistensi dalam pemberian penguatan
Penguatan positif harus diberikan terhadap respon yang tepat. Tidak semua respon yang muncul harus diberikan penguatan. Ada beberapa respon yang tidak perlu diberikan penguatan.

Respon dari setiap individu selalu berbeda-beda. Oleh karena itu munculah sebuah respon yang tidak dikuatkan secara langsung, melainkan menunggu hingga respon itu muncul beberapa kali atau dalam jangka waktu tertentu. Terdapat 4 jenis penjadwalan dalam penguatan positif, yaitu:
a.       Jadwal Rasio Tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respon muncul.
b.      Jadwal Rasio Variabel: suatu perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respon, akan tetapi tidak berdasarkan pada basis yang dapat diprediksi.
c.       Jadwal Interval Tetap: respon tetap pertama setelah beberapa waktu akan diperkuat.
d.      Jadwal Interval Variabel: suatu respon diperkuat setelah sejumlah variable waktu berlalu.

Penguatan Negative
Penguatan negative adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan. Frekuensi respon ketika diberikan penguatan ini meningkat karena respon tersebut menghilangkan stimuls yang dihindari. Penguatan negative adalah sebuah penguatan yang muncul ketika perilaku diikuti dengan penghilangan atau penghindaran dari sebuah kejadian negative, dansaat  probabilitas perilaku yang akan muncul nantinya muncul sebagai hasil.
a.       Escape Conditioning
Pengkondisian operan dimana perilaku dikuatkan karena menyebabkan kejadian negative muncul.
b.      Avoidance Conditioning
Pengkondisian operan dimana perilaku dikuatkan karena mencegah sesuatu yang negative terjadi.
2.      Punishment
Hukuman adalah konsekuensi terhadap perilaku yang bersifat negative yang menyebabkan probabilitas dari perilaku menurun bahkan menghilang.
Bahaya hukuman:
a.       Penggunaan hukuman sering kali menguatkan punisher
b.      Hukuman sering kali menimbulkan penggeneralisasian anak pada individu lainnya
c.       Hukuman secara fisik dapat menimbulkan kebencian pada orang lain
d.      Hukuman tidak selalu efektif ketika menghukum sebuah perilaku
e.       Hukuman tidak mengajarkan bagi individu yang mendapat hukuman untuk bertindak lebih baik.

Petunjuk menggunakan hukuman
a.       Jangan meggunakan hukuman fisik
b.      Hukumlah perilku yang salah segera
c.       Jangan memeberika hukuman dan penguatan pada waktu yang bersamaan
d.      Pastikan kita menghentikan hukuma ketika perilaku yang salah sudah mulai berkurang atau menghilang
e.       Tidak boleh memberikan hukuman dengan setengah-setengah

3.      Diskriminasi, Generalisasi, dan Pelenyapan
Generalisasi           : memberikan respon yang sama terhadap semua stimulus yang    mirip
Diskriminasi          : memberikan respon hanya terhadap satu stimulus tertentu
Pelenyapan            : suatu proses dimana respon penguat sebelumnya tidak lagi dikuatkan sehingga responnya menurun.

B.     PERENCANAAN INSTRUKSIONAL
Perencanaan instruksional adalah pengembangan atau penyusunan strategi sistematik dan tertata untuk merencanakan pelajaran. Dua jenis perencanaan instruksional, yaitu: Perencanaan dan Instruksi Teacher Centered, dan Perencanaan dan Instruksi Learned Centered.


1.      Perencanaan dan Instruksi Teacher Centered
a.       Perencanaan Pelajaran Teacher Centered
1)      Menciptakan sasaran behavioral
Sasaran behavioral adalah pernyataan yang menyatakan perubahan dalam perilaku murid untuk mencapai tujuan kinerja yang diharapkan. Sasaran behavioral dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
Perilaku murid: berfokus pada apa yang akan dipelajari dan dilakukan murid
Kondisi di mana perilaku terjadi: berfokus pada pernyataan bagaimana perilaku akan dievaluasi
Kriteria kinerja: berfokus pada level kinerja yang dapat diterima

2)      Menganalisis Tugas
Analisis tugas adalah memecah tugas kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen. Tiga langkah dasarnya, yaitu:
a)      Menentukan konsep yang diperlukan individu untuk menjalani proses belajar
b)      Mendaftar alat-alat yang dibutuhkan dalam mengerjakan tugas
c)      Mendaftar semua komponen tugas yang harus dilakukan

3)      Menyusun Taksonomi Instruksional
Taksonomi adalah system klasifikasi, sedangkan Taksonomi Bloom adalah suatu pengklasifikasian yang terdiri dari sasaran pendidikan dalam 3 domain.
a)      Domain Kognitif
Pengetahuan: kemampuan mengingat informasi
Pemahaman: kemampuan memahami dan mampu menerangkan informasi dengan kalimat sendiri
Aplikasi: kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan nyata
Analisis: kemampuan memecah informasi kompleks menjadi bagian kecil dan mengaitkan antara informasi yang satu dengan yang lain
Sintesis: kemampuan mengkombinasikan elemen-elemen dan menciptakan informasi baru
Evaluasi: kemampuan membuat penilaian dan keputusan yang baik

b)      Domain Afektif
Penerimaan: mengetahui dan memperhatikan sesuatu di lingkungan
Respons: termotivasi untuk belajar dan menunjukkan perilaku baru sebagai hasil dari pengalamannya
Menghargai: terlibat pada beberapa pengalaman
Pengorganisasian: mengintegrasikan nilai baru ke perangkat nilai yang sudah ada dan menetapkan mana yang menjadi prioritas
Menghargai karakterisasi: bertindak sesuai dengan nilai tersebut dan berkomitmen pada nilai tersebut

c)      Domain Psikomotor
Gerak reflex: merespon stimulus secara reflex tanpa banyak berpikir
Gerak fundamental dasar: melakukan gerakan dasar untuk tujuan tertentu
Kemampuan perseptual: menggunakan indra untuk melakukan sesuatu
Kemampuan fisik: mengembangkan daya tahan, kekuatan, fleksibilitas, dan kegesitan
Gerakan terlatih: melakukan keterampilan fisik yang kompleks dengan lancer
Perilaku nonkondusif: mengkomunikasikan perasaan dan emosinya melalui gerakan tubuh

b.      Instruksi Langsung
Instruksi langsung adalah pendekatan Teacher Learned Centered yang terstruktur yang dicirikan oleh arahan dan control guru yang tinggi atas kemajuan murid, maksimalisasi waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik, dan usaha oleh guru untuk meminimalkan pengaruh negative terhadap murid.

c.       Strategi Instruksional Teacher Centered
Tugas mengorientasikan, meliputi:
1)      Advance organizer: aktivitas dan teknik pengajaran dengan membuat kerangka pelajaran dan mengorientasikan murid pada amteri sebelum materi itu diajarkan
2)      Expository advance organizer: pengetahuan baru yang diberikan kepada murid yang akan mengorientasikan mereka ke pelajaran yang akan datang
3)      Comparative advance organizer: memperkenalkan materi baru dengan mengaitkannya dengan apa yang sudah diketahui murid

Proses strategi demonstrasi interaktif untuk mengajarkan konsep dalam sains:
1)      Pengajaran, penjelasan, demonstrasi
2)      Pertanyaan dan diskusi
3)      Mastery learning (pembelajaran satu konsep atau topic secara menyeluruh sebelum pindah ke topic yang lebih sulit)
4)      Seatwork (tugas sekolah)
5)      Pekerjaan rumah











BAB III
PEMBAHASAN

Bab ini berisikan kaitan antara hasil observasi yang dilakukan kelompok dengan teori yang diangkat dari Santrock (2004). Analisis dilakukan menggunakan dua teori yang telah disampaikan pada bab sebelumnya yaitu teori operant conditioning dan teori perencanaan instruksional. Teori operant conditioning adalah suatu bentuk pembelajaran dimana konsekuensi terhadap perilaku yang muncul menjadi pengaruh terhadap probabilitas perilaku itu akan diulang. Pengulangan bisa terjadi ketika ada penguatan, baik berbentuk positif atau negative, dan hukuman yang diberikan oleh guru kepada siswa.
Dalam proses belajar kelas X Boga 4 yang kelompok amati, terlihat jelas guru sedang memberikan penguatan positif kepada siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Ketika guru mengajak siswa untuk menjelaskan kembali materi ayam kodok di depan kelas, siswa yang berhasil menjawab dengan benar diberi tepuk tangan serta pujian dari guru berupa kata-kata seperti “bagus, benar, benar sekali” dan sebagainya. Pemberian penguatan ini dapat meningkatkan probabilitas siswa untuk melakukan perilaku yang dinnginkan yaitu dalam hal ini adalah perilaku menjelaskan kembali materi di depan kelas. Jika pemberian penguatan ini dilakukan berulang-ulang maka pada satu titik ketika guru tidak memberikan penguatan pun, siswa sudah otomatis dapat menunjukkan perilaku yang diinginkan. Siswa dapat membayangkan respon/ konsekuensi yang akan dia dapatkan (tepuk tangan dan pujian) jika ia menunjukkan perilaku yang diinginkan (menjelaskan materi di depan kelas).
Selain memberikan penguatan positif, guru juga memberikan hukuman/ punishment kepada sebagian siswa. Pada siswa yang mengobrol ketika guru menjelaskan materi, hukuman diberikan secara verbal yaitu teguran agar siswa tidak berbicara dan fokus pada presentasi yang guru bawakan. Teguran ini berhasil membuat siswa pada saat itu kembali duduk diam dan jika teguran ini dilakukan terus menerus, perilaku berbicara dalam kelas juga dapat diminimaslisir.
Perencanaan instruksional adalah pengembangan atau penyusunan strategi sistematik dan tertata untuk merencanakan pelajaran. Dua jenis perencanaan instruksional, yaitu: Perencanaan dan Instruksi Teacher Centered, dan Perencanaan dan Instruksi Learned Centered. Kelompok menyimpulkan kelas X Boga 4 menggunakan tipe perencanaan instruksional Teacher Centered dimana aktivitas yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1)   Menciptakan sasaran behavioral
Sasaran behavioral adalah pernyataan yang menyatakan perubahan dalam perilaku murid untuk mencapai tujuan kinerja yang diharapkan. Sasaran behavioral dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
Perilaku murid: berfokus pada apa yang akan dipelajari dan dilakukan murid.
Guru mengatur aktivitas yang akan dipelajari dan dilakukan siswa seperti menyiapkan bahan ajar (materi ayam kodok) dan mengajak siswa untuk menghafal bahan yang diperlukan dan cara memasak ayam kodok.
Kondisi di mana perilaku terjadi: berfokus pada pernyataan bagaimana perilaku akan dievaluasi.
Setelah guru menyampaikan materi ayam kodokk, siswa dievaluasi pemahamannya satu per satu dengan menyampaikan ulang materi secara verbal.
Kriteria kinerja: berfokus pada level kinerja yang dapat diterima.
Dapat dilihat dari seberapa baik kinerja siswa dalam memahami dan menyampaikan kembali materi yang disampaikan guru.

2)   Menganalisis Tugas
Analisis tugas adalah memecah tugas kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen. Tiga langkah dasarnya, yaitu:
a)        Menentukan konsep yang diperlukan individu untuk menjalani proses belajar.
Guru menetapkan bahan ajar yang akan dipelajari tiap minggu dan mempersiapkan slide serta menyiapkan presentasi bagi siswa.
b)        Mendaftar alat-alat yang dibutuhkan dalam mengerjakan tugas.
Mendaftar alat-alat yang dibutuhkan dalam praktik memasak ayam kodok.
c)        Mendaftar semua komponen tugas yang harus dilakukan.
Selain bahan masakan, cara masak serta presentasi akhir ayam kodok didaftarkan oleh guru dengan detil.


3)   Menyusun Taksonomi Instruksional
Taksonomi adalah system klasifikasi, sedangkan Taksonomi Bloom adalah suatu pengklasifikasian yang terdiri dari sasaran pendidikan dalam 3 domain.
a)      Domain Kognitif
Pada domain kognitif, siswa diinstruksikan untuk menggunakan kognitif mereka dalam mengingat informasi bahan serta cara memasak ayam kodok, kemudian siswa diuji guru untuk memahami dan mampu menerangkan infromasi dengan kalimatnya sendiri di depan kelas, pemahaman ini kemudian akan diaplikasikan secara langsung pada kelas praktik minggu depan.

b)   Domain Afektif
Pada domain afektif siswa mengetahui dan memperhatikan hal yang terjadi di lingkungan (peka terhadap informasi yang ada di lingkungan), termotivasi untuk belajar dan mengalami beberapa pengalaman.

c)    Domain Psikomotor
Domain psikomotor akan terlihat di minggu saat kelas praktik dilakukan dimana siswa merespon stimulus reflex, melakukan gerakan dasar untuk melakukan sesuatu seperti mengangkat bahan masakan, menggunakan indra yaitu untuk mencicipi masakan, mengembangkan kekuatan fisik dan kegesitan seperti dalam mengiris bahan masakan serta melakukan ketrampilan fisik yang kompleks seperti saat mengiris atau memisahkan daging ayam dari kulitnya.


                   






BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi kelompok, kami membuat kesimpulan yaitu ruang belajar memiliki fasilitas yang cukup baik dengan adanya laptop dan proyektor yang membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru. Pencahayaan dalam ruangan sangat terang dimana terdapat banyak jendela dan ventilasi yang membuat cahaya masuk serta lampu yang ada di langit-langit ruangan. Ruangan terasa sejuk dikarenakan adanya banyak jendela namun tidak ada pendingin ruangan seperti kipas angin atau AC. Proses belajar yang kelompok amati di kelas X Boga 4 sudah memenuhi konsep penguatan positif dan hukuman dalam teori operant conditioning. Menurut kelompok, kelas X Boga 4 menggunakan model perencanaan dan instruksi Teacher Centered dimana aktivitas yang dilakukan adalah menciptakan sasaran behavioral, menyusun taksonomi instruksional dan menganalisis tugas.


















LAMPIRAN 1
TESTIMONI DAN EVALUASI KINERJA KELOMPOK

Risya
Pada saat tugas observasi sekolah ini diberikan, hal pertama yang kami bingungkan adaah menentukan sekolah yang akan diobservasi. Setelah beberapa kali diskusi akhirnya kami memutuskan untuk observasi di SMK Negeri 8 Medan, yang memang sengaja kami pilih karena tidak jauh dari kampus, sehingga kami dapat dengan mudah mengerjakan observasi ini. Sejujurnya, prosedur untuk meminta izin kepada sekolah itu membuat kami bingung karena kami harus bolak-balik kesana. Sehingga untuk minta izin kepada sekolah saja sudah memakan waktu yang cukup lama. Hingga pada akhirnya kami menentukan jadwal dengan pihak sekolah yaitu, Jum’at, 4 April 2014. Selama melakukan observasi, saya mendapat pengalaman baru. Saya dapat melihat teori psikologi pendidikan yang digunakan selama pembelajaran.  Kami melakukan observasi di dalam kelas selama kurang lebih 50 menit. Setelah itu kami mengelilingi sekolah untuk melihat keadaan sekolah dan fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah tersebut.

Suryany
Ternyata sulit juga dalam meminta izin kepada pihak sekolah untuk melakukan observasi. Mungkin karena SMK Negeri 8 termasuk sekolah yang lumayan elit dan terkenal sehingga kami harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah. Sebenarnya prosedurnya tidak rumit, tetapi membutuhkan waktu yang lama. Saat observasi, saya melihat antusias murid-murid dalam mengikuti pelajaran di kelas, walaupun pada akhir kelas suasananya sudah tidak tenang. Murid-murid dan guru juga kelihatan akrab sehingga kegiatan belajar-mengajar di kelas tidak kaku. Dinamika belajardi kelas terlihat sangat menyenangkan. Fasilitas sekolahnya juga bisa dibilang lengkap, sehingga sangat mendukung kegiatan yang dilakukan oleh murid-murid. Lingkungan sekolah juga lumayan bersih dan enak dipandang. Jadi, menurut saya SMK Negeri 8 adalah sekolah yang bagus. J 

Sarah
Dari awal saya medapatkan tugas kelompok ini saya masih bersikap santai, tapi seminggu kemudian ternyata tugas ini sudah mendekati deadline. Awalnya kelompok kami memilih sekolah Methodist-3, tapi permohonan mengobservasi ke sekolah itu ditolak dengan alas an sekolah tersebut tidak mau diekspos. Pada hari berikutnya kami pergi ke SMKN 8 dan permohonan observasi di sekolah itu diterima dengan syarat surat ijin dari fakultas harus ada terlebih dahulu. Pada akhirnya semua surat ijin selesai dan jadwal observasi kami sudah ditetapkan. Ketika mulai mengobservasi, saya melihat kepala sekolah SMKN 8 bersikap ramah terhadap kami. Ketika berada di dalam kelas untuk mengobservasi, siswa dari sekolah tersebut tidak bersikap canggung dengan kehadiran kami sehingga membuat kami merasa nyaman. Proses observasi diakhiri dengan foto bersama. Ketika melaksanakan kegiatan observasi, kami tidak menemukan kesulitan yang cukup besar karena satu hari sebelumnya kami sudah melaksanakan diskusi kelompok singkat. Menurut saya, dari awal persiapan observasi sampai penulisan makalah tidak terlihat kesulitan yang dapat menjadi penghambat. Anggota kelompok saling melengkapi dan mengingatkan satu dengan yang lain sehingga tercipta komunikasi yang cukup baik dan mendukung.

Caroline
            Dari awal pembuatan tugas ini, kelompok masih santai hingga mendapat kabar deadline yang semakin dekat. Dikarenakan saya agak jarang bertemu dengan adik-adik kelas, kami berdiskusi menggunakan media chatting via LINE. Kami membuat grup dengan nama “kel 3 psipddk” dan menginvite semua anggota kelompok di dalamnya. Setelah beberapa kali berdiskusi sekolah mana yang akan menjadi tujuan kami observasi, dapatlah SMKN 8 Medan yang terletak tidak jauh dari lokasi kampus. Kami membuat surat ijin dan menyampaikannya ke SMK tersebut. Sebelum melakukan observasi, kelompok berdiskusi mengenai teori apa yang akan digunakan sebagai dasar observasi. Teori dipilih agar kelompok memiliki pegangan apa saja yang seharusnya diobservasi. Selain mendiskusikan teori, kami juga membagi tugas seperti siapa yang menyusun makalah dan slide, siapa yang menyusun hasil observasi proses belajar, setting kelas, setting sekolah, serta siapa yang menyusun teori, pembahasan dan kesimpulan. Ada pula satu orang yang diberi tugas dokumentasi. Secara keseluruhan kinerja kelompok bagus meskipun tugas dilakukan agak mepet.






LAMPIRAN 2
DOKUMENTASI










IMG_4566.JPG
IMG_4568.JPG





IMG_4543.JPG

IMG_4554.JPGIMG_4548.JPG