Selama kurang lebih 22 tahun saya
menjalani proses pendidikan formal di sekolah dan di perguruan tinggi. Proses yang
saya jalani di kedua institusi memiliki perbedaan dimana di sekolah diterapkan
sistem paedagogi, sedangkan di perguruan tinggi lebih ditekankan sistem
andragogi.
Di sekolah, sistem yang diterapkan adalah sistem pendidikan paedagogi. Pedagogi
berasal dari kata Yunani “paedos”, yang berarti anak laki-laki, dan “agogos”
artinya mengantar atau
membimbing. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld pedagogi adalah ilmu yang mempelajari
masalah membimbing anak kearah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak “mampu
secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”. Pedagogi adalah ilmu pendidikan anak. Pada masa
sekolah, guru selalu membimbing siswa dalam mempelajari bab baru yang ada di
dalam buku secara sistematis. Guru memberikan catatan, tugas, kuis, dan ujian
yang harus diikuti siswa. Guru sendiri juga yang menentukan topik apa saja yang
seharusnya dipelajari oleh siswa tingkat berapa dan di hari apa saja pelajaran
itu ada tiap minggunya. Guru juga selalu memantau progres siswa apakah siswa
sudah mengerti sepenuhnya pada materi yang disampaikan, dan jika siswa belum
mengerti maka guru akan menjelaskan lagi hingga siswa mengerti. Selain memantau
progress, guru juga memeriksa apakah siswa sudah menyelesaikan semua tugas yang
diberikan dengan asumsi jika siswa sudah bisa menyelesaikan, maka siswa setidaknya
sudah lebih paham mengenai materi yang diajarkan. Dalam pembelajaran paedagogi, siswa seakan
menjadi pelajar pasif dimana semua materi pembelajaran disiapkan oleh guru dan
biasanya materi hanya berupa hal-hal yang teoritis.
Sedangkan di perguruan
tinggi, menurut saya sistem pembelajaran yang lebih ditekankan adalah sistem
pembelajaran andragogi. Andragogi adalah proses untuk
melibatkan peserta didik dewasa ke dalam
suatu struktur pengalaman belajar. Istilah ini awalnya digunakan oleh Alexander Kapp,
seorang pendidik dari Jerman, pada tahun 1833, dan kemudian dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Serikat, Malcolm Knowles. Andragogi berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengarahkan orang dewasa.
Sistem
pembelajaran andragogi ditujukan kepada orang dewasa. Orang dewasa seharusnya
memiliki control diri yang lebih besar dibandingkan anak-anak dan remaja yang
masih harus diatur dalam pelaksanaan tugas. Di perguruan tinggi juga saya
belajar banyak hal dimana yang dipelajari tidak hanya bersifat teoritis
melainkan hal yang applied seperti ketepatan waktu, cara berkomunikasi,
pembuatan jadwal belajar sendiri dan sebagainya. Pembelajaran andragogi dapat
membantu siswa dalam menjalani kehidupan nyata dimana kualitas dari siswa dapat
ditingkatkan untuk menjadi individu yang lebih mandiri.
Pembelajaran andragogi membutuhkan kesadaran
diri dimana siswa merasa suatu materi itu penting dan memiliki kebutuhan akan
materi tersebut sehingga siswa dituntut untuk mencari sendiri materi tersebut
baik dari buku maupun online. Tidak seperti paedagogi, pembelajar
andragogi tidak ditanya-tanya mengenai tugas melainkan menyelesaikan tugas
dengan sendirinya.